Salju
heyo!! Akhirnya aku nongol lagi nih mau ngepost ceritaku yang aball dan aneh dan alurnyapun kecepetan ahaha. ini cerita sedikit menceritakan tentang perasaanku yang kehilangan cowok disaat aku lagi bener-bener suka sama cowok itu tapi dia langsung menghilang /eaa
oke daripada banyak basa-basi ini dia ceritanya aku harap kalian suka ya.. hehe. komentar juga kalo bisa ^^ arigatou~
oke daripada banyak basa-basi ini dia ceritanya aku harap kalian suka ya.. hehe. komentar juga kalo bisa ^^ arigatou~
~Salju~
Masa-masa SMA
memang sedang masa-masanya para remaja lelaki dan remaja perempuan saling
menyukai satu sama lain. Begitupun yang aku pikirkan pada awal masa SMAku ini
aku bertekad untuk mencari seorang lelaki yang bisa ku jadikan kekasih. Sudah
hampir 3 bulan aku menjalankan kehidupan SMA ini namun tak seorangpun lelaki
yang aku sukai maupun yang menyukaiku. Mungkin karena penampilanku biasa saja
dan sifatku yang terlihat dingin dan cuek akhirnya Aku berfikir mulai besok aku
akan sedikit merubah penampilanku.
Pagi ini aku mencoba memakai sebuah bondu
berwarna hitam dan mengikat rambutku yah masih terlihat simpel sih tapi suasana
baru lah hehe. Aku berjalan menuju sekolah yang tinggal beberapa meter lagi
dari tempatku sekarang. Angin musim dinginpun berhembus menerpa kulitku yang
membuatku mengkancingkan Blazzer yang ku pakai.
“Yumi!! Selamat
pagi” kudengar suara yang familiar menyapaku di belakang. Ternyata itu adalah
teman baikku yaitu Miku.
“Selamat pagi
Miku” Sapaku.
“Wah, tidak
seperti biasanya kau mengikat rambutmu. Ada apa?” tanya Miku sambil memainkan
rambutku.
“Suasana baru
haha” Jawabku singkat.
Miku hanya
mengangguk menanggapi jawabanku lalu bel sekolahku pun berbunyi. Aku dan Miku
langsung berlari menuju kelas karena takut terlambat tapi syukurlah wali kelas
masih belum sampe pada saat aku dan Miku sampai di kelas. aku segera menduduki
bangkuku yang terletak di ujung paling belakang dekat jendela tempat yang
sangat nyaman untukku. Aku memandangi bangku di depanku yang selama aku masuk
sekolah selalu kosong. Aku penasaran mengapa bangku ini selalu kosong? Adakah
murid yang duduk di sini? Bagaimana orangnya? Siapa tahu laki-laki tampan yang
duduk di depanku ahaha kan lumayan bisa ku sikat.
Ketika aku
melamun membayangkan orang yang duduk di bangku depanku tiba-tiba seorang pria menarik
bangku itu dan mendudukinya. Aku terhentak kaget dan tak sadar menggebrak
mejaku yang mengakibatkan seisi kelas melihat ke arahku dengan tatapan aneh
begitu pula pria yang duduk di hadapanku. Aku segera mengambil nafas lalu duduk
lagi dengan santai seolah tak ada yang salah dengan diriku. Pria itu masih
melihatku dengan tatapan aneh.
“Kau kenapa?”
terdengar suaranya yang sedikit berat sepertinya menanyakan padaku.
Aku medongakan kepalaku menatap laki-laki berkacamata
dan rambutnya lumayan gondrong terlihat
cupu dihadapanku “mmm.. tidak apa-apa. Ngomong-ngomong kamu siapa ya?” karena
penasaran aku langsung menanyakan siapa dia.
Laki-laki itu
tertawa kecil sambil menggaruk kepalanya “ahaha aku baru ingat aku baru masuk
hari ini ke sekolah hehe. Namaku Haru Sakamoto. Kau?”
“aku Yumi
Saruwatari. Salam kenal” aku hanya menjawab singkat, Tapi sebenarnya aku masih
mau mengobrol lebih jauh dengannya namun aku takut di bilang SKSD (sok kenal
sok dekat) ataupun kepo. Jadi aku batalkan saja niatku itu.
“salam kenal
Yumi. Kau mau ya jadi temanku? Dan tolong antar aku keliling sekola nanti” Haru
memegang tanganku sambil menatap penuh harapan sangat bertolak belakang dengan
penampilannya yang sepert kutubuku namun bersifat seperti itu.
Aku menghembuskan
nafas lalu berkata “kau anak pindahan? Oke pulang sekolah aku akan ajak kau
berkeliling sekolah.”
“terima kasih” Haru tersenyum senang padaku
lalu dia membalikan badannya dan segera membuka bukunya karena guru sudah
datang dan begitu pula denganku.
Bel pulangpun
berbunyi aku segera membereskan barang-barang lalu memakai Blazzer dan
mantelku, aku melihat ke luar jendela yang berpemandangan lapangan yang
dipenuhi oleh salju. Ya memang ini sudah mulai pertengahan musim salju wajar
saja saljunya sudah menumpuk dan sangat dingin. Aku terhentak kaget pada saat
Haru melambaikan tangannya di depan mukaku, dengan spontan aku memukul
tangannya dengan keras yang berhasil membuat Haru kesakitan.
“Maafkan aku.”
Ucapku segera sambil memegangi tangan Haru yang tadi tak sengaja ku pukul.
“ahaha tak apa.
Tapi tenagamu kuat sekali ya liat tanganku sampai merah” dia tertawa sedikit
sembari memperlihatkan tangannya.
“maaf maaf aku
spontan memukulmu maaf. Ayo ke uks kalau tanganmu sangat sakit.” Aku menarik
Haru untuk membawanya ke uks namun malah dia yang menarikku keluar kelas.
“sudahlah tak
usah ayo ajak aku berkeliling.”
Haa? Aku
terbengong karena Haru yang tiba-tiba sekali menarik tanganku. padahal aku mau
berpamitan dulu pada Miku. Yaampun. Haru ini sepertinya orangnya susah sekali
di tebak deh. Penampilannya cupu tapi dia orangnya cerewet, dan blak-blakan.
Aku dan Haru berkeliling sekolah dan aku memberitahu setiap ruangan itu ruangan
apa dan kegunaannya apa. Haru seperti sangat antusias sekali mendengar
penjelasanku dan di sepanjang perjalanan dia selalu bertanya padaku. Haru
oranganya baik dan enak diajak ngomong dan juga sepertinya dia orang yang
jujur. Sepertinya hari-hariku akan menjadi berbeda dengan adanya Haru.
“Yumi ini sudah
gelap, ku antar pulang ya? Rumahmu dimana?” Haru tiba-tiba berbicara seperti
itu pada saat aku dan dia keluar pintu gerbang sekolah yang sontak membuatku
kaget, Baru pertama kali aku ditawari seperti itu oleh laki-laki.
“ahh tak usah
mengantarku Haru nanti kau pulang terlambat lagi. Rumahku di dekat stasiun
kereta jauh dari sini.” Aku berbicara
sambil menunjuk arah jalan menuju rumahku.
“ga baik tau
gadis jalan sendiri malem-malem” ucapnya dengan nada sedikit menakut-nakuti.
“tenang saja
aku ini gadis berkekuatan baja. Kau sendiri tadi merasakan kekuatanku kan?” aku
berguyon sambil memukul dengan pelan bahunya. Dia tertawa kecil menanggapi perkataanku
lalu mencubit pipiku.
“tapi tetap
saja kau itu gadis Yumi. Sudahlah ayo ku antar, beri tau aku jalan ke
rumahmu” Haru langsung menggandeng
tanganku sambil berlari kecil. Aku sedikit berdebar karena baru pertama kali
aku dicubit dan di gandeng bahkan diantar ke rumah oleh seorang laki-laki. Aku
hanya bisa terdiam dan menutupi wajahku yang memerah di balik mantel.
Setelah
beberapa menit perjalanan yang ku tempuh akhirnya aku sampai di depan rumahku
yang sederhana. Haru seperti menatap kagum pada rumahku tapi aku tak mengerti
kenapa dia memandangnya seperti itu. aku membuka gerbang rumahku Haru hanya
melihatku dengan tampang bisa dibilang bloon.
“mau masuk
dulu?” tawarku padanya.
Dia menggeleng
kepalanya “tidak, terima kasih hehe.” Lalu dia menggaruk belakang kepalanya
seperti orang kikuk.
“ada apa?”
tanyaku heran. Mukanya terlihat sedikit memerah dan kaget entah apa yang ingin
dia katakan.
“ano.. Yumi
besok kan hari libur. Besok mau ga main ke kota?” ucapnya sambil memalingkan
pandangannya tidak melihat ke arahku. Aku terdiam dan merasakan jantungku berdetak
dengan kencang ‘apakah dia mengajakku kencan?’ fikirku.
Aku menundukan
kepala “boleh.” Ucapku dengan suara pelan. Dia menghampiriku lalu mengusap
kepalaku yang membuat wajahku semakin memerah.
“kau sangat
manis ahaha. Oke selamat malem sampai ketemu besok Yumi.” Haru berlari sambil
melambaikan tangannya dengan penuh bahagia terpancar di wajahnya. Badannya yang
tinggi, kacamata yang terlihat sedikit kuno, rambutnya yang lumayan gondrong
dan menutupi mata yang aku lihat dia itu laki-laki cupu tapi di bawah salju
yang turun dan senyumannya itu entah mengapa aku melihatnya menjadi sangat
keren. Sepertinya aku menyukai Haru Sakamoto.
Aku terbangun
di pagi yang sangat dingin ini rasanya aku malas untuk bangun dari kasurku ini
tapi aku ingat akan janji dengan Haru hari ini. Dengan langsung yang dipaksa
aku memasuki kamar mandi dan segera mempersiapkan diri. Aku berpakaian seadanya
saja memakai kaos belang lalu jaket orange dan celana jeans panjang. Rambutku
hanya bawahnya sedikit di keriting lalu memakai jepit di sisi kanan. Ya apa
adanya seperti diriku. Setelah menghabiskan sarapan aku langsung berpamitan
kepada keluarku dan meninggalkan rumah. Saatku buka pintu terlihat seorang
laki-laki berjaket abu-abu dan memakai topi sedang berdiri di depan rumahku.
Rasanya aku kenal dengan laki-laki itu, ‘apakah itu Haru?’ tapi rambut Haru
perasaan gondrong. Tapi apa salahnya aku
mencoba menyapanya.
“Haru?” ucapku
dengan pelan.
Laki-laki itu
berbalik lalu tersenyum padaku dan ternyata itu Haru. “Pagi Yumi~” sapanya
ceria.
Seketika aku
merasa nervous dengan Haru dia terlihat sangat keren dan tampan. “kau memotong
rambutmu?”
“iya, aneh
kah?” tanya Haru sambil mendekatkan mukanya padaku.
Aku menundukan
kepalaku “hah? T-tidak cocok sekali untukmu. Kau terlihat sangat keren dan
tampan” ucapku sedikit gelagapan dan pastinya mukaku sangat merah. Hening.
Tidak ada suara ataupun respon dari Haru. Aku pun mendongakan kepala dan
melihat ternyata Haru sedang menyembunyikan mukanya yang memerah. Aaa dia
sangat lucu.
“makasih, kau
juga terlihat manis sekali Yumi.” Akhirnya dia berbicara.
Aku tertawa
kecil lalu mulai berjalan meninggalkan rumah. “jadi kita mau main kemana?”
tanyaku.
Haru mengejarku
yang sudah mulai berjalan. “ayo kita ke cafe yang ada maidnya, terus kita main
lempar-lemparan salju, lalu aku juga mau foto box bareng Yumi.”
“oke, ayo kita
lakukan sepertinya menyenangkan!” aku berteriak sambil meloncat sedikit.
Benar-benar bukan seperti diriku saja. Haru tertawa karena tingkahku yang
sangat kekanak-kanakan.
Pertama kami
mengunjungi Maid cafe, di sana Haru terlihat seperti om om mesum yang melihat
maid itu sangat terkagum kagum (kata Haru) tapi kata diriku Haru melihat maid
itu seperti orang mesum yang mau memakan si maid. Dan gara-gara ke maid cafe
ini aku mengetahui kalo Haru itu menyukai komik dan anime (kartun jepang)
sehobi denganku. Banyak sekali yang aku bicarakan dengan Haru tentang Anime dan
Komik sampai-sampai aku dan Haru tidak mengontrol volume suara saking semangatnya
sehingga kami berdua di tegur oleh manager cafe karena mengganggu kenyamanan
pengunjung lain. Tapi itu membuatku tertawa terbahak-bahak dengan Haru pada
saat kami keluar cafe.
Selanjutkan
kami menuju ke taman bermain untuk berperang salju haha. Kedengarannya sih
sangat kekanak-kanakan ya tapi kan rame jadi ya sudahlah mengenang kembali masa
kecil. Haru menjauhiku dengan tatapan dingin ‘apa yang terjadi padanya?’
pikirku. Namun lalu dia segera berbalik dan menujuku dengan tatapan err hangat
dan senyuman yang bisa melelehkan salju. Haru membelai rambutku dengan lembut.
“Yumi, aku
menyukaimu. Mau kah kau menjadi pacarku?” dengan tampang serius dia berbicara
dihadapanku yang sontak membuatku salah tingkah dan berdebar.
“emm.. emm..
aku..” aku memalingkan wajahku menyembunyikan wajah merah yang memalukan tapi
tak lama kemudian mukaku merasakan dingin yang amat sangat. Ternyata itu adalah
salju yang dilemparkan Haru. aku mengusap wajahku lalu melepas kacamata dan
melihat penuh kebenciang ke Haru.
“Beraninya kau
Haru!!” aku mulai melemparinya salju dengan membabi buta. Haru terlihat sedikit
kewalahan dan terus berteriak meminta maaf kepadaku. Tapi, dia juga yang pasti
tidak mau kalah olehku Haru terus melempariku dengan salju. Ini benar-benar
menyenangkan aku dan Haru terus tertawa dan pada akhirnya Haru tiba-tiba
berhenti menembakan saljunya padaku. Haru terlihat sedang memegangi dadanya dan
mukanya terlihat seperti sedang kesakitan. Aku yang melihatnya langsung
menghampirinya.
“kau kenapa
Haru?” tanyaku khawatir.
“gapapa kok.
Cuman sedikit kedinginan haha. Kau menang dariku Yumi.” Dia tersenyum tapi
terlihat sekali senyum terpaksa yang masih menahan kesakitan. ‘sebenarnya ada
apa dengan dia?’ aku berkata dalam hati.
“bener kamu
gapapa?” aku mengusap bahunya dengan pelan.
“gapapa kok.
Aku kedingin doang ahaha. Peluk aku dong biar anget.” Dia merentangkan tanganya
padaku namun aku langsung segera menepisnya.
“modus.” Ucapku
sambil menjulurkan lidah padanya. Dia hanya tertawa kecil menanggapinya lalu
dia menghampiriku dan mengelus rambutku.
“rambutmu
banyak saljunya Yumi ahaha.” Aku hanya terdiam tidak menanggapi.
“dingin..”
ucapku tak sengaja. Haru langsung melihat mukaku lalu tersenyum geli.
“modus!!
Ngatain orang tapi sendirinya ngemodus ahaha” dia mencubit pipiku sambil
menjulurkan lidahnya. Aku menggembungkan pipiku karena kesal aku bilang dingin
padahal bukan untuk modus tapi memang dingin.
“wah udah sore,
ayo kita foto box Yumi. Terus nanti ku antar kau ke rumah” Haru mulai berjalan
meninggalkanku tapi entah kenapa kakiku tak mau bergerak. Aku masih ingin main
salju bersama Haru. Haru menoleh kepadaku lalu menghampiriku lagi dan
menggengam tanganku. “dingin kan? Kuharap tanganku bisa mengahangatkanmu.” Dia
segera menarikku untuk menuju tempat foto box aku bisa melihat telinganya merah
sekali. Kurasa dia malu haha.
Di tempat foto
box aku memilih latar yang simpel saja yaitu warna biru polos supaya tidak alay
kesannya. Tapi Haru segera mengganti latarnya jadi seperti ada awan, pelangi,
matahari, dan salju. Dan akhirnya aku pasrah saja mengikuti apa maunya. Gaya
pertama aku hanya tersenyum dan dia bergaya peace, gaya kedua aku menjulurkan
lidah dia pun sama tapi sedikit jail padaku memberiku telinga kelinci oleh
tangannya, gaya ketiga dia tiba-tiba mencubit pipiku dan spontan akupun
melakukan hal yang sama, dan gaya terakhir aku bergaya peace dan dia tiba-tiba
mencium pipiku. APA? Aku hanya bisa terbenggong karena tingkahnya yang selalu tidak
bisa ditebak.
“Yumi, ini
fotomu.” Haru memberikan fotonya kepadaku namun aku masih tidak bergeming.
“Yumi?” dia menjitak kepalaku yang membuat diriku tersadar.
“hah? Oh ya
makasih.” Ucapku seperti orang binggung.
“nah ayo, kita
pulang” ajak Haru sambil menarik tanganku.
Aku hanya bisa
terdiam di perjalanan karena sedikit cangkung dan salah tingkah kepada Haru.
aku benar-benar menyukai dirinya. ‘Apakah Haru juga menyukai aku?’ aku ingin
menanyakannya tapi aku tak berani menanyakannya. Aku malu dan takut. Kini aku dan Haru terdiam
di perajalanan sungguh suasana yang tidak mengenakan. Akhirnya aku sampai di
depan rumahku.
“Yumi..” suara
Haru memecahkan keheningan. Aku segera menjawab “Ya?”
“tadi
menyenangkan sekali haha. Terima kasih ya.” Haru menggaruk kepalanya dan
terlihat sekali dia sedang canggung.
“Haru, aku
menyukaimu.” Tak sengaja aku mengucapkan kata itu dari mulutku. Hening. Suasana
kembali hening. Haru hanya menundukan kepalanya lalu dia merogoh saku celananya
dan mengeluarkan bola kristal yang bergambar sebuah pasangan sedang
berpengangan di bawah salju. Dia memberikan bola kristal itu kepadaku.
“simpan ini
Yumi.” Ucapnya dingin. Aku tak mengerti apa maksudnya namun aku tetap mengambil
bola kristal itu. tiba-tiba dia memegang kedua tanganku dan kulihat dia
menitikan air mata. ‘ada apa dengannya?’
“kita seperti
pasangan di bola kristal itu kan?” suaranya bergetar, tangannyapun entah
mengapa dingin tak sehangat waktu sedang bermain salju. Entah mengapa
perasaanku menjadi tak enak mengapa aku jadi ingin menangis.
“aku sangat
senang kau menyukaiku Yumi terima kasih dan maaf. Aku juga menyukaimu tapi..”
dia melepas genggaman tangannya lalu sedikit mengebawahkan letak topinya
menutupi wajahnya. Aku binggung apa yang terjadi padanya.
“tapi kenapa?”
tanyaku penasaran.
“maaf aku ga
bisa bersamamu. Terima kasih dan selamat tinggal.” Haru tiba-tiba berlari
meninggalkanku. Sosoknya menghilang di bawah salju yang turun di langit. Aku
berusaha mengejarnya, mengejarnya sekuat tenaga. Tapi akhirnya aku terjatuh di
salju yang dingin, dingin sekali. Aku menangis di bawah salju yang turun. ada
apa dengannya? Kenapa dia melakukan ini padaku? Apa maksud semuanya? Mungkin
ini terlalu cepat 2 hari yang terasa cepat dan penuh kenangan. Aku berusaha
menenangkan diri, dan berfikir positive lalu berusaha juga supaya tidak
memikirkannya jadilah Yumi yang biasanya tak cengeng dan kuat. Ku langkahkan
kakiku dengan berat menuju rumah dan bersikap seperti biasa lagi. Jika aku
bertemu Haru lagi aku harus menanyakan apa maksud dari semuanya.
Hari senin aku
terbangun dengan mata yang agak sembab dan aku tidak bergairah sama sekali
untuk pergi ke sekolah. Namun aku ingat jika aku ke sekolah mungkin saja aku
bisa bertemu Haru. dengan cepat aku bersiap menuju sekolah, tidak memakan sarapanku
dan berlari menuju sekolah. Dengan cepat ku buka pintu kelas namun ternyata
masih kosong. Aku duduk di bangku Haru sambil menatap jendela dan melihat salju
yang terus turun. Dingin. Itulah yang ku rasakan. Seketika ada seseorang
datang, aku langsung mengalihkan pandanganku siapa tau Haru yang datang tetapi yang
datang adalah Shiina.
“pagi Yumi.”
Sapa Shiina dengan ceria sambil menghampiriku. aku tidak bergeming.
“kok kamu duduk di bangku Haru?” tanyanya
heran. Aku terkaget kenapa dia bisa tau Haru? Haru kan baru kemarin masuk. Dan
bukannya Shiina orangnya suka lupa sama teman sekelas.
“kamu kenal
Haru?” tanyaku. Shiina mengangguk.
“dia itu
temanku dari SMP keluarga kami juga dekat. Dia orangnya pendiem banget dan
punya penyakit jantung jadi jarang masuk. Kemarin aja dia baru masuk kan?” ucap
Shiina. Aku terkaget saat Shiina berbicara ‘penyakit jantung dan pendiem’.
Seperti bukan Haru saja.
“maksudmu
pendiem dan penyakit jantung apa? Kemarin aku mengobrol dengannya dia cerewet
sekali.” Aku berdiri dari tempat duduk lalu menatap serius pada Shiina. Shiina
yang di tatap ku dengan tajam sedikit ketakutan.
“emm.. dia itu
di SMP pendiem sekali ga pernah ngomong kalau ga diajak ngomong. Ya dia dari
dulu itu punya penyakit jantung aku lupa penyakitnya apa. Entahlah dulu dia
jarang bicara sayang dia itu padahal keren dan tampan.” Shiina melibat kedua
tangannya di depan dada. Aku hanya bisa melamun mendengar cerita Shiina. Apakah
itu benar atau bohong? Pokoknya aku harus menanyakannya jika aku bertemu Haru.
Belpun berbunyi
tanda masuk kelas. Haru pun tidak datang ke sekolah sepertiya. Aku
menghembuskan nafas sambil melihat fotoku dengan Haru kenapa sangat menyesakan?
Wali kelasku masuk padahal sedang pelajarannya sepertinya ada informasi penting
yang harus di beritahu. Muka wali kelasku terlihat sedih, ada apa sih? Tidak
biasanya sekali.
“kalian tau
Haru Sakamoto? Dia baru sekali masuk ke kelas ini tapi dia juga adalah bagian
dari kelas ini. Sekarang dia sedang dioperasi jantung, karena jantungnya lemah
katanya keberhasilan operasinya hany 70%T : 30%. Mari kita berdoa supaya
operasi Haru berjalan dengan lancar dan dia bisa kembali belajar di kelas ini.”
Wali kelasku menundukan kepala dan mulai berdoa. Aku terbengong sebentar lalu
menggebrak mejaku dengan keras sambil bercucuran air mata. Semua orang
melihatku dengan tatapan aneh dan takut tapi aku tidak memperdulikan itu aku
mau tau sekarang Haru berada di mana.
“dimana Haru
dioperasi?” tanyaku menatap tajam pada wali kelasku
“di rumah sakit
pusat kota. Ada pa denganmu Yumi? Tanyanya heran. Aku tidak memperdulikan wali
kelasku aku berlari tanpa memperdulikan sekelilingku yang melihat aneh padaku.
Aku hanya ingin ketemu Haru. tanpa jaket atau pun Blazzer hanya seragam musim
dingin aku berlari di tengah kota. Merasakan dingin yang amat sangat sampai
menusuk tulangku dan seakan mematikan badanku namun aku memaksa badanku untuk
tetap berlari. Aku memasuki rumah sakit itu lalu segera menanyakan kepada
resepsionis dimana Haru dioperasi. Aku seperti seseorang yang kesurupan berlari
menuju ruangan tempat dioperasi Haru. Di depan ruangan itu terlihat sepasang
suami istri yang menunggu dengan muka gelisah. Aku menghentikan langkahku dan
melangkah dengan lemas menuju ruangan itu. sepasang suami istri itu menatapku
dengan tajam lalu sang ibu berdiri dan menghampiriku.
“kau Yumi
Saruwatari?” tanya ibu itu. aku hanya mengangguk dengan pelan, aku tidak bisa
menguluarkan suaraku. Tatapan mataku kosong, otakku pun kosong. Ini terlalu
tiba-tiba. Kau datang tiba-tiba dan menghilang tiba-tiba Haru.
“Haru selalu
membicarakan kamu loh. Tadi juga sebelum di operasi dia menceritakan tentangmu.
Terima kasih sudah mau menemani hari terakhir Haru.” bu Haru segera menangis di
pelukan ayah Haru. aku berdoa dalam hati semoga Haru bisa selamat. Beberapa
saat kemudia dokter ke luar dengan muka sedih dan menggelengkan kepala.
Tolong, tolong
jangan bilang kalau Haru meninggal. Dia pasti masih hidup dan berhasil
menjalani operasi. Aku terus berfikir positive dan menguatkan diriku supaya
tidak menangis. Dokter itu menundukan kepalanya lalu berkata maaf kepada orang
tua Haru. JANGAN! Jangan katanya kalau Haru meninggal.
“maafkan kami
pak buk, jantung Haru terlalu lemah. Kami sudah melakukan yang terbaik namun
Haru tak bisa selamat. Maafkan kami.” Kata kata dokter itu membuat ibu Haru
menangis meraung-raung sedangkat ayah Haru masih berusaha dengan tegar.
‘Haru tak bisa selamat’ kata itu terus
menggema di telingaku. Air mata tak bisa keluar dari mataku tapi hatiku hancur
sekali otak ku tak bisa berfikir. Aku memasuki ruangan dimana Haru mengembuskan
nafas terakhirnya. Dengan lemas aku membuka kain putih yang membungkus muka
Haru, muka tampan Haru terlihat tenang dengan matanya yang tertutup. Bibirnya
berwarna putih sangat pucat. Kusentuh pipinya dan terasa dingin sedingin es
waktu aku terjatuh dimana kau meninggalkanku. Kenapa kau hadir di kehidupanku
Haru jika kau meninggalkanku langsung? Baru saja aku menyukaimu tapi kenapa kau
langsung meninggalkanku?
“aku benci
padamu Haru!” ucapku yang mulai menitikan air mata sambil mencubit pipinya. Aku
tau dia tidak akan bangun lagi walaupun aku cubit. Dia meninggalkanku
selamanya. Datang dan pergi seenaknya mempermainkan perasaanku. Aku benci benci
sekali. Kenapa kau harus pergi disaat aku menyukaimu? Kenapa tuhan? Aku
menghapus air mataku aku tau Haru pasti tak ingin melihatku menangis. “aku
ikhlas kau pergi Haru. aku akan baik-baik saja di sini dan tidak mungkin
melupakanmu. Semoga kau tenang di sisinya.” aku pergi meninggalkan Haru dan
orang tuanya dari ruangan operasi. aku tersenyum pahit kepada diri sendiri
berjalan tanpa ada perasaan lagi menuju keluar rumah sakit. dan ternyata salju
sudah tidak turun lagi, aku melihat langit dan tersenyum pahit.
“salju kau
banyak menyimpan kenanganku dengan Haru. tapi aku jadi membenci kau bisa-bisa
tiap kulihat kau aku bisa menangis karena ingat Haru haha. Tapi tidak lah aku
ini orangnya kuat.” Aku bergumam sendiri sambil tersenyum dan meneteskan air
mata.
-tamat-
yaa... ehem. itu lah cerpenku '-')a maafkan lah jika banyak typo, alur kecepetan, dan abal. sebenernya ini cerpen buat tugas bahasa indonesia aku buatnyapun sangat mendadak >.< dan mungkin nanti aku bakal ngeedit lagi ditambahin foto, gomen browserku lagi error sih e_e yaa comment jika anda berminat :D arigatou~
hahaha... lumayan juga nih cerita, buat ngisi waktu luang.
BalasHapus