Stay in touch
Subscribe to our RSS!
Oh c'mon
Bookmark us!
Have a question?
Get an answer!

Selasa, 30 Oktober 2012

Salju

1 komentar
heyo!! Akhirnya aku nongol lagi nih mau ngepost ceritaku yang aball dan aneh dan alurnyapun kecepetan ahaha. ini cerita sedikit menceritakan tentang perasaanku yang kehilangan cowok disaat aku lagi bener-bener suka sama cowok itu tapi dia langsung menghilang /eaa
oke daripada banyak basa-basi ini dia ceritanya aku harap kalian suka ya.. hehe. komentar juga kalo bisa ^^ arigatou~

~Salju~

Masa-masa SMA memang sedang masa-masanya para remaja lelaki dan remaja perempuan saling menyukai satu sama lain. Begitupun yang aku pikirkan pada awal masa SMAku ini aku bertekad untuk mencari seorang lelaki yang bisa ku jadikan kekasih. Sudah hampir 3 bulan aku menjalankan kehidupan SMA ini namun tak seorangpun lelaki yang aku sukai maupun yang menyukaiku. Mungkin karena penampilanku biasa saja dan sifatku yang terlihat dingin dan cuek akhirnya Aku berfikir mulai besok aku akan sedikit merubah penampilanku.

 Pagi ini aku mencoba memakai sebuah bondu berwarna hitam dan mengikat rambutku yah masih terlihat simpel sih tapi suasana baru lah hehe. Aku berjalan menuju sekolah yang tinggal beberapa meter lagi dari tempatku sekarang. Angin musim dinginpun berhembus menerpa kulitku yang membuatku mengkancingkan Blazzer yang ku pakai.
“Yumi!! Selamat pagi” kudengar suara yang familiar menyapaku di belakang. Ternyata itu adalah teman baikku yaitu Miku.
“Selamat pagi Miku” Sapaku.
“Wah, tidak seperti biasanya kau mengikat rambutmu. Ada apa?” tanya Miku sambil memainkan rambutku.
“Suasana baru haha” Jawabku singkat.
Miku hanya mengangguk menanggapi jawabanku lalu bel sekolahku pun berbunyi. Aku dan Miku langsung berlari menuju kelas karena takut terlambat tapi syukurlah wali kelas masih belum sampe pada saat aku dan Miku sampai di kelas. aku segera menduduki bangkuku yang terletak di ujung paling belakang dekat jendela tempat yang sangat nyaman untukku. Aku memandangi bangku di depanku yang selama aku masuk sekolah selalu kosong. Aku penasaran mengapa bangku ini selalu kosong? Adakah murid yang duduk di sini? Bagaimana orangnya? Siapa tahu laki-laki tampan yang duduk di depanku ahaha kan lumayan bisa ku sikat.


Ketika aku melamun membayangkan orang yang duduk di bangku depanku tiba-tiba seorang pria menarik bangku itu dan mendudukinya. Aku terhentak kaget dan tak sadar menggebrak mejaku yang mengakibatkan seisi kelas melihat ke arahku dengan tatapan aneh begitu pula pria yang duduk di hadapanku. Aku segera mengambil nafas lalu duduk lagi dengan santai seolah tak ada yang salah dengan diriku. Pria itu masih melihatku dengan tatapan aneh.

“Kau kenapa?” terdengar suaranya yang sedikit berat sepertinya menanyakan padaku.
Aku medongakan kepalaku menatap laki-laki berkacamata dan rambutnya lumayan  gondrong terlihat cupu dihadapanku “mmm.. tidak apa-apa. Ngomong-ngomong kamu siapa ya?” karena penasaran aku langsung menanyakan siapa dia.

Laki-laki itu tertawa kecil sambil menggaruk kepalanya “ahaha aku baru ingat aku baru masuk hari ini ke sekolah hehe. Namaku Haru Sakamoto. Kau?”

“aku Yumi Saruwatari. Salam kenal” aku hanya menjawab singkat, Tapi sebenarnya aku masih mau mengobrol lebih jauh dengannya namun aku takut di bilang SKSD (sok kenal sok dekat) ataupun kepo. Jadi aku batalkan saja niatku itu.
“salam kenal Yumi. Kau mau ya jadi temanku? Dan tolong antar aku keliling sekola nanti” Haru memegang tanganku sambil menatap penuh harapan sangat bertolak belakang dengan penampilannya yang sepert kutubuku namun bersifat seperti itu.
Aku menghembuskan nafas lalu berkata “kau anak pindahan? Oke pulang sekolah aku akan ajak kau berkeliling sekolah.”
 “terima kasih” Haru tersenyum senang padaku lalu dia membalikan badannya dan segera membuka bukunya karena guru sudah datang dan begitu pula denganku.
Bel pulangpun berbunyi aku segera membereskan barang-barang lalu memakai Blazzer dan mantelku, aku melihat ke luar jendela yang berpemandangan lapangan yang dipenuhi oleh salju. Ya memang ini sudah mulai pertengahan musim salju wajar saja saljunya sudah menumpuk dan sangat dingin. Aku terhentak kaget pada saat Haru melambaikan tangannya di depan mukaku, dengan spontan aku memukul tangannya dengan keras yang berhasil membuat Haru kesakitan.
“Maafkan aku.” Ucapku segera sambil memegangi tangan Haru yang tadi tak sengaja ku pukul.
“ahaha tak apa. Tapi tenagamu kuat sekali ya liat tanganku sampai merah” dia tertawa sedikit sembari memperlihatkan tangannya.
“maaf maaf aku spontan memukulmu maaf. Ayo ke uks kalau tanganmu sangat sakit.” Aku menarik Haru untuk membawanya ke uks namun malah dia yang menarikku keluar kelas.
“sudahlah tak usah ayo ajak aku berkeliling.”
Haa? Aku terbengong karena Haru yang tiba-tiba sekali menarik tanganku. padahal aku mau berpamitan dulu pada Miku. Yaampun. Haru ini sepertinya orangnya susah sekali di tebak deh. Penampilannya cupu tapi dia orangnya cerewet, dan blak-blakan. Aku dan Haru berkeliling sekolah dan aku memberitahu setiap ruangan itu ruangan apa dan kegunaannya apa. Haru seperti sangat antusias sekali mendengar penjelasanku dan di sepanjang perjalanan dia selalu bertanya padaku. Haru oranganya baik dan enak diajak ngomong dan juga sepertinya dia orang yang jujur. Sepertinya hari-hariku akan menjadi berbeda dengan adanya Haru.
“Yumi ini sudah gelap, ku antar pulang ya? Rumahmu dimana?” Haru tiba-tiba berbicara seperti itu pada saat aku dan dia keluar pintu gerbang sekolah yang sontak membuatku kaget, Baru pertama kali aku ditawari seperti itu oleh laki-laki.
“ahh tak usah mengantarku Haru nanti kau pulang terlambat lagi. Rumahku di dekat stasiun kereta jauh dari sini.”  Aku berbicara sambil menunjuk arah jalan menuju rumahku.
“ga baik tau gadis jalan sendiri malem-malem” ucapnya dengan nada sedikit menakut-nakuti.
“tenang saja aku ini gadis berkekuatan baja. Kau sendiri tadi merasakan kekuatanku kan?” aku berguyon sambil memukul dengan pelan bahunya. Dia tertawa kecil menanggapi perkataanku lalu mencubit pipiku.
“tapi tetap saja kau itu gadis Yumi. Sudahlah ayo ku antar, beri tau aku jalan ke rumahmu”  Haru langsung menggandeng tanganku sambil berlari kecil. Aku sedikit berdebar karena baru pertama kali aku dicubit dan di gandeng bahkan diantar ke rumah oleh seorang laki-laki. Aku hanya bisa terdiam dan menutupi wajahku yang memerah di balik mantel.
Setelah beberapa menit perjalanan yang ku tempuh akhirnya aku sampai di depan rumahku yang sederhana. Haru seperti menatap kagum pada rumahku tapi aku tak mengerti kenapa dia memandangnya seperti itu. aku membuka gerbang rumahku Haru hanya melihatku dengan tampang bisa dibilang bloon.
“mau masuk dulu?” tawarku padanya.
Dia menggeleng kepalanya “tidak, terima kasih hehe.” Lalu dia menggaruk belakang kepalanya seperti orang kikuk.
“ada apa?” tanyaku heran. Mukanya terlihat sedikit memerah dan kaget entah apa yang ingin dia katakan.
“ano.. Yumi besok kan hari libur. Besok mau ga main ke kota?” ucapnya sambil memalingkan pandangannya tidak melihat ke arahku. Aku terdiam dan merasakan jantungku berdetak dengan kencang ‘apakah dia mengajakku kencan?’ fikirku.
Aku menundukan kepala “boleh.” Ucapku dengan suara pelan. Dia menghampiriku lalu mengusap kepalaku yang membuat wajahku semakin memerah.
“kau sangat manis ahaha. Oke selamat malem sampai ketemu besok Yumi.” Haru berlari sambil melambaikan tangannya dengan penuh bahagia terpancar di wajahnya. Badannya yang tinggi, kacamata yang terlihat sedikit kuno, rambutnya yang lumayan gondrong dan menutupi mata yang aku lihat dia itu laki-laki cupu tapi di bawah salju yang turun dan senyumannya itu entah mengapa aku melihatnya menjadi sangat keren. Sepertinya aku menyukai Haru Sakamoto.
Aku terbangun di pagi yang sangat dingin ini rasanya aku malas untuk bangun dari kasurku ini tapi aku ingat akan janji dengan Haru hari ini. Dengan langsung yang dipaksa aku memasuki kamar mandi dan segera mempersiapkan diri. Aku berpakaian seadanya saja memakai kaos belang lalu jaket orange dan celana jeans panjang. Rambutku hanya bawahnya sedikit di keriting lalu memakai jepit di sisi kanan. Ya apa adanya seperti diriku. Setelah menghabiskan sarapan aku langsung berpamitan kepada keluarku dan meninggalkan rumah. Saatku buka pintu terlihat seorang laki-laki berjaket abu-abu dan memakai topi sedang berdiri di depan rumahku. Rasanya aku kenal dengan laki-laki itu, ‘apakah itu Haru?’ tapi rambut Haru perasaan gondrong.  Tapi apa salahnya aku mencoba menyapanya.
“Haru?” ucapku dengan pelan.
Laki-laki itu berbalik lalu tersenyum padaku dan ternyata itu Haru. “Pagi Yumi~” sapanya ceria.
Seketika aku merasa nervous dengan Haru dia terlihat sangat keren dan tampan. “kau memotong rambutmu?”
“iya, aneh kah?” tanya Haru sambil mendekatkan mukanya padaku.
Aku menundukan kepalaku “hah? T-tidak cocok sekali untukmu. Kau terlihat sangat keren dan tampan” ucapku sedikit gelagapan dan pastinya mukaku sangat merah. Hening. Tidak ada suara ataupun respon dari Haru. Aku pun mendongakan kepala dan melihat ternyata Haru sedang menyembunyikan mukanya yang memerah. Aaa dia sangat lucu.
“makasih, kau juga terlihat manis sekali Yumi.” Akhirnya dia berbicara.
Aku tertawa kecil lalu mulai berjalan meninggalkan rumah. “jadi kita mau main kemana?” tanyaku.
Haru mengejarku yang sudah mulai berjalan. “ayo kita ke cafe yang ada maidnya, terus kita main lempar-lemparan salju, lalu aku juga mau foto box bareng Yumi.”
“oke, ayo kita lakukan sepertinya menyenangkan!” aku berteriak sambil meloncat sedikit. Benar-benar bukan seperti diriku saja. Haru tertawa karena tingkahku yang sangat kekanak-kanakan. 
Pertama kami mengunjungi Maid cafe, di sana Haru terlihat seperti om om mesum yang melihat maid itu sangat terkagum kagum (kata Haru) tapi kata diriku Haru melihat maid itu seperti orang mesum yang mau memakan si maid. Dan gara-gara ke maid cafe ini aku mengetahui kalo Haru itu menyukai komik dan anime (kartun jepang) sehobi denganku. Banyak sekali yang aku bicarakan dengan Haru tentang Anime dan Komik sampai-sampai aku dan Haru tidak mengontrol volume suara saking semangatnya sehingga kami berdua di tegur oleh manager cafe karena mengganggu kenyamanan pengunjung lain. Tapi itu membuatku tertawa terbahak-bahak dengan Haru pada saat kami keluar cafe.
Selanjutkan kami menuju ke taman bermain untuk berperang salju haha. Kedengarannya sih sangat kekanak-kanakan ya tapi kan rame jadi ya sudahlah mengenang kembali masa kecil. Haru menjauhiku dengan tatapan dingin ‘apa yang terjadi padanya?’ pikirku. Namun lalu dia segera berbalik dan menujuku dengan tatapan err hangat dan senyuman yang bisa melelehkan salju. Haru membelai rambutku dengan lembut.
“Yumi, aku menyukaimu. Mau kah kau menjadi pacarku?” dengan tampang serius dia berbicara dihadapanku yang sontak membuatku salah tingkah dan berdebar.
“emm.. emm.. aku..” aku memalingkan wajahku menyembunyikan wajah merah yang memalukan tapi tak lama kemudian mukaku merasakan dingin yang amat sangat. Ternyata itu adalah salju yang dilemparkan Haru. aku mengusap wajahku lalu melepas kacamata dan melihat penuh kebenciang ke Haru.
“Beraninya kau Haru!!” aku mulai melemparinya salju dengan membabi buta. Haru terlihat sedikit kewalahan dan terus berteriak meminta maaf kepadaku. Tapi, dia juga yang pasti tidak mau kalah olehku Haru terus melempariku dengan salju. Ini benar-benar menyenangkan aku dan Haru terus tertawa dan pada akhirnya Haru tiba-tiba berhenti menembakan saljunya padaku. Haru terlihat sedang memegangi dadanya dan mukanya terlihat seperti sedang kesakitan. Aku yang melihatnya langsung menghampirinya.
“kau kenapa Haru?” tanyaku khawatir.
“gapapa kok. Cuman sedikit kedinginan haha. Kau menang dariku Yumi.” Dia tersenyum tapi terlihat sekali senyum terpaksa yang masih menahan kesakitan. ‘sebenarnya ada apa dengan dia?’ aku berkata dalam hati.
“bener kamu gapapa?” aku mengusap bahunya dengan pelan.
“gapapa kok. Aku kedingin doang ahaha. Peluk aku dong biar anget.” Dia merentangkan tanganya padaku namun aku langsung segera menepisnya.
“modus.” Ucapku sambil menjulurkan lidah padanya. Dia hanya tertawa kecil menanggapinya lalu dia menghampiriku dan mengelus rambutku.
“rambutmu banyak saljunya Yumi ahaha.” Aku hanya terdiam tidak menanggapi.
“dingin..” ucapku tak sengaja. Haru langsung melihat mukaku lalu tersenyum geli.
“modus!! Ngatain orang tapi sendirinya ngemodus ahaha” dia mencubit pipiku sambil menjulurkan lidahnya. Aku menggembungkan pipiku karena kesal aku bilang dingin padahal bukan untuk modus tapi memang dingin.
“wah udah sore, ayo kita foto box Yumi. Terus nanti ku antar kau ke rumah” Haru mulai berjalan meninggalkanku tapi entah kenapa kakiku tak mau bergerak. Aku masih ingin main salju bersama Haru. Haru menoleh kepadaku lalu menghampiriku lagi dan menggengam tanganku. “dingin kan? Kuharap tanganku bisa mengahangatkanmu.” Dia segera menarikku untuk menuju tempat foto box aku bisa melihat telinganya merah sekali. Kurasa dia malu haha.
Di tempat foto box aku memilih latar yang simpel saja yaitu warna biru polos supaya tidak alay kesannya. Tapi Haru segera mengganti latarnya jadi seperti ada awan, pelangi, matahari, dan salju. Dan akhirnya aku pasrah saja mengikuti apa maunya. Gaya pertama aku hanya tersenyum dan dia bergaya peace, gaya kedua aku menjulurkan lidah dia pun sama tapi sedikit jail padaku memberiku telinga kelinci oleh tangannya, gaya ketiga dia tiba-tiba mencubit pipiku dan spontan akupun melakukan hal yang sama, dan gaya terakhir aku bergaya peace dan dia tiba-tiba mencium pipiku. APA? Aku hanya bisa terbenggong karena tingkahnya yang selalu tidak bisa ditebak.
“Yumi, ini fotomu.” Haru memberikan fotonya kepadaku namun aku masih tidak bergeming. “Yumi?” dia menjitak kepalaku yang membuat diriku tersadar.
“hah? Oh ya makasih.” Ucapku seperti orang binggung.
“nah ayo, kita pulang” ajak Haru sambil menarik tanganku.
Aku hanya bisa terdiam di perjalanan karena sedikit cangkung dan salah tingkah kepada Haru. aku benar-benar menyukai dirinya. ‘Apakah Haru juga menyukai aku?’ aku ingin menanyakannya tapi aku tak berani menanyakannya.  Aku malu dan takut. Kini aku dan Haru terdiam di perajalanan sungguh suasana yang tidak mengenakan. Akhirnya aku sampai di depan rumahku.
“Yumi..” suara Haru memecahkan keheningan. Aku segera menjawab “Ya?”
“tadi menyenangkan sekali haha. Terima kasih ya.” Haru menggaruk kepalanya dan terlihat sekali dia sedang canggung.
“Haru, aku menyukaimu.” Tak sengaja aku mengucapkan kata itu dari mulutku. Hening. Suasana kembali hening. Haru hanya menundukan kepalanya lalu dia merogoh saku celananya dan mengeluarkan bola kristal yang bergambar sebuah pasangan sedang berpengangan di bawah salju. Dia memberikan bola kristal itu kepadaku.
“simpan ini Yumi.” Ucapnya dingin. Aku tak mengerti apa maksudnya namun aku tetap mengambil bola kristal itu. tiba-tiba dia memegang kedua tanganku dan kulihat dia menitikan air mata. ‘ada apa dengannya?’
“kita seperti pasangan di bola kristal itu kan?” suaranya bergetar, tangannyapun entah mengapa dingin tak sehangat waktu sedang bermain salju. Entah mengapa perasaanku menjadi tak enak mengapa aku jadi ingin menangis.
“aku sangat senang kau menyukaiku Yumi terima kasih dan maaf. Aku juga menyukaimu tapi..” dia melepas genggaman tangannya lalu sedikit mengebawahkan letak topinya menutupi wajahnya. Aku binggung apa yang terjadi padanya.
“tapi kenapa?” tanyaku penasaran.
“maaf aku ga bisa bersamamu. Terima kasih dan selamat tinggal.” Haru tiba-tiba berlari meninggalkanku. Sosoknya menghilang di bawah salju yang turun di langit. Aku berusaha mengejarnya, mengejarnya sekuat tenaga. Tapi akhirnya aku terjatuh di salju yang dingin, dingin sekali. Aku menangis di bawah salju yang turun. ada apa dengannya? Kenapa dia melakukan ini padaku? Apa maksud semuanya? Mungkin ini terlalu cepat 2 hari yang terasa cepat dan penuh kenangan. Aku berusaha menenangkan diri, dan berfikir positive lalu berusaha juga supaya tidak memikirkannya jadilah Yumi yang biasanya tak cengeng dan kuat. Ku langkahkan kakiku dengan berat menuju rumah dan bersikap seperti biasa lagi. Jika aku bertemu Haru lagi aku harus menanyakan apa maksud dari semuanya.
Hari senin aku terbangun dengan mata yang agak sembab dan aku tidak bergairah sama sekali untuk pergi ke sekolah. Namun aku ingat jika aku ke sekolah mungkin saja aku bisa bertemu Haru. dengan cepat aku bersiap menuju sekolah, tidak memakan sarapanku dan berlari menuju sekolah. Dengan cepat ku buka pintu kelas namun ternyata masih kosong. Aku duduk di bangku Haru sambil menatap jendela dan melihat salju yang terus turun. Dingin. Itulah yang ku rasakan. Seketika ada seseorang datang, aku langsung mengalihkan pandanganku siapa tau Haru yang datang tetapi yang datang adalah Shiina.
“pagi Yumi.” Sapa Shiina dengan ceria sambil menghampiriku. aku tidak bergeming.
 “kok kamu duduk di bangku Haru?” tanyanya heran. Aku terkaget kenapa dia bisa tau Haru? Haru kan baru kemarin masuk. Dan bukannya Shiina orangnya suka lupa sama teman sekelas.
“kamu kenal Haru?” tanyaku. Shiina mengangguk.
“dia itu temanku dari SMP keluarga kami juga dekat. Dia orangnya pendiem banget dan punya penyakit jantung jadi jarang masuk. Kemarin aja dia baru masuk kan?” ucap Shiina. Aku terkaget saat Shiina berbicara ‘penyakit jantung dan pendiem’. Seperti bukan Haru saja.
“maksudmu pendiem dan penyakit jantung apa? Kemarin aku mengobrol dengannya dia cerewet sekali.” Aku berdiri dari tempat duduk lalu menatap serius pada Shiina. Shiina yang di tatap ku dengan tajam sedikit ketakutan.
“emm.. dia itu di SMP pendiem sekali ga pernah ngomong kalau ga diajak ngomong. Ya dia dari dulu itu punya penyakit jantung aku lupa penyakitnya apa. Entahlah dulu dia jarang bicara sayang dia itu padahal keren dan tampan.” Shiina melibat kedua tangannya di depan dada. Aku hanya bisa melamun mendengar cerita Shiina. Apakah itu benar atau bohong? Pokoknya aku harus menanyakannya jika aku bertemu Haru.
Belpun berbunyi tanda masuk kelas. Haru pun tidak datang ke sekolah sepertiya. Aku menghembuskan nafas sambil melihat fotoku dengan Haru kenapa sangat menyesakan? Wali kelasku masuk padahal sedang pelajarannya sepertinya ada informasi penting yang harus di beritahu. Muka wali kelasku terlihat sedih, ada apa sih? Tidak biasanya sekali.


“kalian tau Haru Sakamoto? Dia baru sekali masuk ke kelas ini tapi dia juga adalah bagian dari kelas ini. Sekarang dia sedang dioperasi jantung, karena jantungnya lemah katanya keberhasilan operasinya hany 70%T : 30%. Mari kita berdoa supaya operasi Haru berjalan dengan lancar dan dia bisa kembali belajar di kelas ini.” Wali kelasku menundukan kepala dan mulai berdoa. Aku terbengong sebentar lalu menggebrak mejaku dengan keras sambil bercucuran air mata. Semua orang melihatku dengan tatapan aneh dan takut tapi aku tidak memperdulikan itu aku mau tau sekarang Haru berada di mana.
“dimana Haru dioperasi?” tanyaku menatap tajam pada wali kelasku
“di rumah sakit pusat kota. Ada pa denganmu Yumi? Tanyanya heran. Aku tidak memperdulikan wali kelasku aku berlari tanpa memperdulikan sekelilingku yang melihat aneh padaku. Aku hanya ingin ketemu Haru. tanpa jaket atau pun Blazzer hanya seragam musim dingin aku berlari di tengah kota. Merasakan dingin yang amat sangat sampai menusuk tulangku dan seakan mematikan badanku namun aku memaksa badanku untuk tetap berlari. Aku memasuki rumah sakit itu lalu segera menanyakan kepada resepsionis dimana Haru dioperasi. Aku seperti seseorang yang kesurupan berlari menuju ruangan tempat dioperasi Haru. Di depan ruangan itu terlihat sepasang suami istri yang menunggu dengan muka gelisah. Aku menghentikan langkahku dan melangkah dengan lemas menuju ruangan itu. sepasang suami istri itu menatapku dengan tajam lalu sang ibu berdiri dan menghampiriku.
“kau Yumi Saruwatari?” tanya ibu itu. aku hanya mengangguk dengan pelan, aku tidak bisa menguluarkan suaraku. Tatapan mataku kosong, otakku pun kosong. Ini terlalu tiba-tiba. Kau datang tiba-tiba dan menghilang tiba-tiba Haru.
“Haru selalu membicarakan kamu loh. Tadi juga sebelum di operasi dia menceritakan tentangmu. Terima kasih sudah mau menemani hari terakhir Haru.” bu Haru segera menangis di pelukan ayah Haru. aku berdoa dalam hati semoga Haru bisa selamat. Beberapa saat kemudia dokter ke luar dengan muka sedih dan menggelengkan kepala.
Tolong, tolong jangan bilang kalau Haru meninggal. Dia pasti masih hidup dan berhasil menjalani operasi. Aku terus berfikir positive dan menguatkan diriku supaya tidak menangis. Dokter itu menundukan kepalanya lalu berkata maaf kepada orang tua Haru. JANGAN! Jangan katanya kalau Haru meninggal.
“maafkan kami pak buk, jantung Haru terlalu lemah. Kami sudah melakukan yang terbaik namun Haru tak bisa selamat. Maafkan kami.” Kata kata dokter itu membuat ibu Haru menangis meraung-raung sedangkat ayah Haru masih berusaha dengan tegar.
 ‘Haru tak bisa selamat’ kata itu terus menggema di telingaku. Air mata tak bisa keluar dari mataku tapi hatiku hancur sekali otak ku tak bisa berfikir. Aku memasuki ruangan dimana Haru mengembuskan nafas terakhirnya. Dengan lemas aku membuka kain putih yang membungkus muka Haru, muka tampan Haru terlihat tenang dengan matanya yang tertutup. Bibirnya berwarna putih sangat pucat. Kusentuh pipinya dan terasa dingin sedingin es waktu aku terjatuh dimana kau meninggalkanku. Kenapa kau hadir di kehidupanku Haru jika kau meninggalkanku langsung? Baru saja aku menyukaimu tapi kenapa kau langsung meninggalkanku?


“aku benci padamu Haru!” ucapku yang mulai menitikan air mata sambil mencubit pipinya. Aku tau dia tidak akan bangun lagi walaupun aku cubit. Dia meninggalkanku selamanya. Datang dan pergi seenaknya mempermainkan perasaanku. Aku benci benci sekali. Kenapa kau harus pergi disaat aku menyukaimu? Kenapa tuhan? Aku menghapus air mataku aku tau Haru pasti tak ingin melihatku menangis. “aku ikhlas kau pergi Haru. aku akan baik-baik saja di sini dan tidak mungkin melupakanmu. Semoga kau tenang di sisinya.” aku pergi meninggalkan Haru dan orang tuanya dari ruangan operasi. aku tersenyum pahit kepada diri sendiri berjalan tanpa ada perasaan lagi menuju keluar rumah sakit. dan ternyata salju sudah tidak turun lagi, aku melihat langit dan tersenyum pahit.
“salju kau banyak menyimpan kenanganku dengan Haru. tapi aku jadi membenci kau bisa-bisa tiap kulihat kau aku bisa menangis karena ingat Haru haha. Tapi tidak lah aku ini orangnya kuat.” Aku bergumam sendiri sambil tersenyum dan meneteskan air mata.



-tamat-

yaa... ehem. itu lah cerpenku '-')a maafkan lah jika banyak typo, alur kecepetan, dan abal. sebenernya ini cerpen buat tugas bahasa indonesia aku buatnyapun sangat mendadak >.< dan mungkin nanti aku bakal ngeedit lagi ditambahin foto, gomen browserku lagi error sih e_e yaa comment jika anda berminat :D arigatou~

1 komentar: